Riko Mappedeceng - Temphoyac

Budak Jambi Punyo Lokak! Siapa yang tak kenal dengan tempoyak? Salah satu kuliner khas dari bumi melayu khususnya Provinsi Jambi. Eits, akan tetapi kali ini kita tidak akan membahas mengenai kuliner tempoyak melainkan sebuah usaha bisnis sandang dan oleh - oleh khas Jambi. Usaha tersebut bernama Temphoyac, salah satu usaha kreatif di Jambi yang sedang naik popularitasnya kini. Tentu saja dibalik itu semua ada jerih payah usaha dari pendiri Temphoyac. Ingin tahu ceritanya, berikut paparan dari obrolan bersama Bapak Riko selaku pendiri Temphoyac. Selamat Menikmati!
Logo Temphoyac [sumber: Instagram @temphoyac]

Djendelo: Baik pak, sebelum berbicara lebih lanjut, mungkin perkenalan singkat dulu pak.
Pak Riko: Nama saya Riko Mappedeceng, Kubu Kejam (suku bugis kelahiran Jambi) hehe. Saya alumni Fakultas Ekonomi UII kemudian melanjutkan S2 di Universitas Jambi. Sekarang aktif sebagai pengajar di Fakultas ekonomi Universitas Batanghari. Untuk tempat tinggal di belakang toko Temphoyac, thehok Kota Jambi. Saya memiliki motto hidup yaitu bagaimana kita bermanfaat bagi orang banyak agar lebih berarti.

Djendelo: Kapan dan bagaimana berdirinya Temphoyac pak?
Pak Riko: Temphoyac berdiri pada 6 Januari 2007 bertepatan dengan ulang tahun Jambi. Kala itu mulai berjualan kaos Temphoyac pada saat Jambi expo yang ke – 50 tahun. Sebenarnya ini adalah cita – cita lama sewaktu masih kuliah di Jogja karena melihat dagadu di Jogja, kok di Jambi belum ada sekaligus pula menyalurkan hobi desain. Temphoyac sendiri adalah usaha kesekian dari usaha – usaha sebelumnya yang tidak berhasil. Waktu itu modal sekitar 3 juta yang diubah menjadi 3 kodi baju kaos dengan 3 tipe desain.
Alhamdulillah, penjualan cepat laku dan memang ada sedikit masalah dalam penetapan harga. Karena imej di sini, mau barang berkualitas tapi dengan harga murah sehingga diperlukan edukasi yang cukup lama untuk itu. Pada waktu awal-awal berdirinya Temphoyac, saat Jambi expo hanya titip barang dulu di stan-stan pemerintah. Karena belum bisa untuk langsung buka stan di awal perintisan. Setelah ada hasil dan produksi lagi dengan pemasaran dari mulut ke mulut. Barulah tahun kesekian ada media yang meliput dan Temphoyac mulai berkembang hingga sekarang.

Djendelo: Kemudian untuk inspirasi utama bapak dalam menjalankan usaha ini?
Pak Riko: Inspirasi banyak dari beberapa kota maju seperti salah satunya dagadu di Jogja, Mahanagari di Bandung, Joger di Bali dan produk - produk kreatif yang nasional yang menjadi inspirasi lainnya.

Djendelo: Nah, telah berdiri selama 9 tahun, apa saja jatuh bangun yang pernah dialami pak?
Pak Riko: Jatuh bangunnya banyak dan pasti ada. Saya pernah ditipu orang, barang diambil uangnya tidak dikasih. Modusnya sering dengan mau buka stan sehingga berminat mengambil barang Temphoyac, tapi setelah dihubungi barang tidak dikembalikan alias melarikan diri tanpa membayar uang kaosnya. Kerugian terbesar pernah dialami sekitar 3 juta dan untungnya belum pernah sampai puluhan juta.

Djendelo: Sampai segitunya ya pak, kalau untuk jumlah tokonya sendiri pak?
Pak Riko: Terakhir itu 3, ada yang di thehok, bandara lama (namun karena pindah bandara baru dan uang sewanya cukup tinggi sehingga belum buka lagi) dan 1 lagi di telanai (tidak diperpanjang karena habis kontrak dan sedang mencari lokasi baru lagi). Jadi untuk saat ini semua penjualan dipusatkan ke thehok selagi menyiapkan tempat baru yang strategis. Sementara untuk luar kota Jambi, ada beberapa reseller misalnya di daerah Sarolangun.

Djendelo: Kami lihat di sini selain kaos juga dijual produk lainnnya pak.
Pak Riko: Saya lebih fokus di penjualan kaos, namun ada beberapa merchandise dan kerjasama dengan beberapa UKM di Jambi. Sementara untuk produk makanan sistemnya titip kecuali kopi AAA dan teh kayu aro yang saya beli secara langsung.
Gerai Temphoyac [sumber: www.kilasjambi.com ]

Djendelo: Kalau untuk desain pak, apa 100% dari bapak semua?
Pak Riko:  Dulu iya, namun sekarang sudah saya kurangi sehingga hanya sekitar 90 % dari saya. Sebelumnya 2 tahun lalu bertepatan dengan ulang tahun Temphoyac, saya mengadakan lomba desain yang mana desain pemenang akan dijadikan kaos. Contoh desain yang menang adalah “belum ke Jambi kalau belum nyicip aek batanghari” dan ada pula desain tentang Harimau Sumatera. Partisipannya lumayan banyak, ada sekitar puluhan kiriman desain via email kebanyakan anak - anak Jambi baik yang kuliah di luar ataupun di dalam Provinsi Jambi. Sampai sekarang masih terbuka untuk kerjasama jika ada penawaran desain. Karena nanti namanya akan saya cantumkan pada cetakan kaos sehingga memberikan kenangan tersendiri bagi si pencipta desain.

Djendelo: Terkait keikutsertaan dalam expo atau pameran, pernah ke mana saja nih pak?
Pak Riko: Kalau expo atau pameran lebih banyak yang ikut serta adalah produknya bukan saya, hehe. Tapi saya pernah ikut serta expo di Bangka Belitung, Jakarta dan ketika dulu belum ada jackcloth, kala itu baru versi mini yang diadakan kementerian dan dari Jambi saya yang mewakili.

Djendelo: Untuk tujuan dari adanya Temphoyac bagi Jambi sendiri pak?
Pak Riko:  Saya ingin Jambi lebih dikenal di luar dan orang Jambi sendiri lebih bangga dengan identitas Jambinya. Untuk itu ada beberapa desain yang lagi tren saya modifikasi sedikit dengan ala - ala Jambi. Perbaruan desain atau desain baru keluar 3 - 6 bulan sekali tergantung kondisi, tapi yang pasti menjelang puasa atau lebaran harus ada desain baru. Sementara untuk desain lama akan saya lihat, jika kurang diminati akan diganti atau dirubah.

Djendelo: Berapa total pegawai yang kini dimiliki Temphoyac pak?
Pak Riko: Sebelumnya ketika masih ada 3 toko, jumlah pegawai 7 – 8, namun kini karena hanya terpusat di thehok sehingga jumlah pegawai hanya 5 orang. Sebagian part time dan ada pula yang full time.

Djendelo: Kalau jam buka tokonya pak?
Pak Riko: Toko mulai buka dari pukul setengah 8 pagi sampai setengah 9 malam. Namun kadang bisa sampai setengah 10 atau sesuai kondisi.

Djendelo: Kalau pemasaran kaosnya sejauh ini bagaimana pak?
Pak Riko: Saat ini sangat terbantu dengan adanya sosial media. Kami memiliki fan page facebook, instagram dan twitter ketik saja @temphoyac.

Djendelo: Temphoyac memiliki slogan “budak Jambi punyo lokak” , apa maknanya pak?
Pak Riko:  Saya pikir dulu imej anak Jambi adalah pemalas. Sehingga saya ingin menunjukkan kalau anak Jambi juga bisa punya karya. Lantas kenapa duren dan Temphoyac sebagai logo? Selain makanan khas Jambi dan favorit saya. Ada filosofi tersendiri, karena ketika memasak tempoyak baunya ke mana – mana bahkan satu kampung bisa tercium. Oleh karena itu ingin agar Temphoyac juga demikian baik produk atau Jambi nya sendiri dapat terkenal di mana – mana. Karena mirisnya sampai saat ini masih ada yang belum tahu posisi Jambi ada di Sumatera atau Kalimantan.

Djendelo: Selama bergelut di dunia usaha, bagaimana perhatian pemerintah pak?
Pak Riko: Pemerintah cukup aktif sering mengajak pameran atau expo baik dinas Pariwisata atau Perindag Provinsi Jambi. Hanya jika ingin merintis usaha dari awal memang jangan bergantung ke pemerintah dulu, nanti ketika sudah berkembang pemerintah akan ikut membersamai dengan sendirinya.

Djendelo: Apa target bapak ke depan ?
Pak Riko: Pengembangan produk dan cabang bisa lebih berkembang sesuai visi misi untuk Jambi. Selain itu saya sedang menggeluti dunia fotografi pada spot wisata hingga event budaya Jambi. Karena fotografi saya sering diajak keliling oleh dinas Pariwisata Provinsi. Selain itu saya juga meraih Juara 2 pada Canon Photo Marathon tahun 2014 dan meraih Juara 1 pada tahun 2015. Hadiah yang saya terima cukup menarik yaitu kamera dan jalan - jalan ke Sawarna, Banten Selatan setelah sebelumnya Lombok, NTB.

Djendelo: Pandangan bapak mengenai usaha kreatif di jambi, minat pengusaha lain selain usaha kreatif?
Pak Riko: Apapun usaha kalau kita fokus dan jalani insha Allah akan menuai hasil bagus. Untuk Jambi, salah satu prospeknya selain kreatif adalah kuliner karena kebiasaan makan dari orang Jambi ataupun pendatang di Jambi. Sementara untuk usaha kreatif karena masih minim jadi peluang terbuka lebar.

Djendelo: Nah pak, jika diminta menilai keunggulan Temphoyac, apa keunggulan Temphoyac pak?
Pak Riko: Sebenarnya orang lain yang bisa menilai, tapi yang sering saya dengar dari konsumen. Pertama adalah desain dan kedua adalah kualitas bahan. Saat ini untuk konveksi sendiri memang masih dari luar Jambi karena perbandingan ongkos produksi yang cukup mahal. Tapi saya berharap suatu saat dapat mengembangkan di Jambi sekaligus membuka lapangan pekerjaan.

Djendelo: Terakhir pak, saran dan kesan bapak untuk djendelo.com?
Pak Riko: Saya sudah mengikuti perkembangannya baik di Facebook atau Instagram dan saya lihat variannya cukup banyak dan cukup bagus. Tapi saya melihat kecenderungan sosmed agar bagaimana kita bisa menggaet keikutsertaan masyarakat dengan cara meregram atau merepost postingan agar keikutsertaan itu terjadi.

Djendelo: Baik pak, terima kasih dan mohon maaf jika ada kesalahan.
Pak Riko: Iya sama – sama, saya juga terima kasih.

Tim Djendelo dengan Pak Riko (tengah) di Gerai Temphoyac

Share on Google Plus