Tari Sekapur Sirih, Warisan Budaya Leluhur Jambi

Seni gerak tubuh atau yang dikenal dengan seni tari menjadi salah satu keragaman budaya yang ada di Indonesia. Seni tari akan semakin terlihat indah jika diiringi alunan musik tradisional yang khas dan menggunakan pakaian adat dari suatu daerah. Perpaduan antara ketiganya akan membentuk simbol dari suatu kebudayaan. Simbol ini dimaksudkan sebagai bentuk eksistensi sebuah daerah yang memperlihatkan kepememilikan budaya yang bernilai seni tinggi dan ditujukan untuk keperluan yang tentunya dianggap sakral dan penting saja.

Berbicara seni tari di Indonesia pikiran kita akan langsung tertuju pada tarian dari Bali atau tarian dari Aceh. Kedua tarian ini sudah sangat sering ditampilkan baik itu di tingkat nasional maupun internasional. Sebagai negara dengan beragam budaya, hampir semua daerah memiliki keseniannya masing-masing terutama seni tari. Biasanya seni tari ini difungsikan sebagai tarian untuk menyambut tamu penting atau sekedar hiburan yang ditampilkan pada acara yang penting pula.
Tari Sekapur Sirih [sumber www.sp.beritasatu.com]

Provinsi Jambi salah satunya, memiliki sebuah tarian yang dimainkan untuk menyambut tamu-tamu besar. Tarian ini dikenal dengan jenis tarian persembahan. Sedangkan di Provinsi Jambi dinamai sebagai Tari Sekapur Sirih. Tarian selamat datang ini memiliki makna keagungan dalam gerak tubuh yang lembut, halus, dan gemulai serta menyatu dengan iringan musik tradisional serta syair yang ditujukan bagi tamu yang hadir. Selain  mendeskripsikan perasaan lapang dada dan terbuka yang dimiliki masyarakat Jambi ketika menyambut kedatangan tamu yang berkunjung ke daerah mereka, tarian ini juga diartikan sebagai bentuk penghormatan kepada para tamu yang hadir. Disambut oleh sekelompok penari sekapur sirih akan menjadi sebuah pengalaman berharga yang tak akan terlupakan.

Tari Sekapur Sirih diciptakan dan dikenalkan oleh Firdaus Chatab pada pertengahan tahun 1962.  Lalu pada tahun 1967 tarian ini ditata ulang oleh OK Hendri BBA. Dari sumber yang berbeda dijelaskan bahwa pada tahun 1967 tarian ini ditata ulang oleh Piters dan Hundryck.
Para Penari Perempuan Melakukan Gerakan Bersolek [sumber www.budaya-indonesia.org]

Kelompok penari sekapur sirih terdiri dari 9 penari perempuan dan 3 penari laki-laki yang bertugas membawa payung dan mengawal tamu yang datang menuju ke tempat acara atau tujuan tertentu. Seiring dengan berkembangnya zaman, jumlah penari laki-laki dalam tarian ini disesuaikan dengan tempat penyambutan,  dari yang mulanya 3 orang menjadi 2 orang yaitu sepasang penari laki-laki dan perempuan. Terdapat setidaknya 5 properti wajib dalam tarian ini yaitu :
  1. Cerano, merupakan sebuah tempat berbentuk kotak menyerupai peti yang diperuntukkan sebagai wadah sirih yang nantinya akan diberikan kepada tamu.
  2. Keris, merupakan senjata tradisional dari Provinsi Jambi yang digunakan sebagai property bagi penari laki-laki yang mengawal para tamu. Keris menjadi simbol dari jaminan keamanan tamu yang dikawan oleh penari.
  3. Payung, properti ini dibawakan oleh salah satu dari penari laki-laki yang dibawa pada awal pertunjukan untuk memayungi penari terdepan dan nantinya memayungi tamu yang disambut.
  4. Busana, para penari menggunakan busana berupa pakaian adat Jambi berupa baju kurung dan balutan kain songket. Selain itu ada pula selendang, hiasan kepala, gelang dan hiasan lainnya. Untuk penari yang berada di tengah barisan biasanya menggunakan busana dengan warna yang berbeda.
  5. Musik Pengiring, terdiri dari berbagai alat musik tradisional daerah Melayu Jambi. Senandung rakyat Jeruk Purut yang diiringi suara biola, akordion, rebana, gendang, gambus, dan gong berlenggam melayu. 
Referensi:
Tari sekapur sirih sambutan selamat datang provinsi Jambi www.senitari.com 
Asal usul dan perkembangan tari sekapur sirih www.suog.co
Tari sekapur sirih www.kebudayaanindonesia.net 
Share on Google Plus

0 komentar :

Posting Komentar